Tuesday, August 07, 2007

poem 3

SANG BERUNTUNG


Ketika aku tidak merasa apa-apa
Ketika aku merasa dia tidak ada
Ketika aku merasa dia hanyalah dongeng
Ketika aku merasa dia adalah pembenaran
Ketika aku merasa dia diciptakan
Ketika aku merasa dia adalah alat manipulasi semata
Ketika aku menghujatnya dengan sepenuh hati
Dan ketika mahluk berjuluk iman menjauhiku seratus tahun cahaya jauhnya…

Dia datang
Entah darimana
Tanpa pertanda
Mengisi kehampaanku
Aku malu
Akulah sang terkutuk

TH. (Citeureup, 6 Juli 2006)

poem 2

PERTAUTAN

Ketika saraf bersirobok
Kenikmatan bukanlah bahasa
Tenggelam
Waktu terhenti
Lengang

Keramaian terdengar dari lubang-lubang hidup
Pernyataan berbisa
Atau berbunga?
Ilusi?
Ataukah memang rasa terdalam yang ada?

Usai episode
Sekerjapan mata ledakan alam semesta
Lelehan kepundan menyapu sensasi
Anugerah atau laku hasrat semata?
Tetap saja kerinduan bertahta

TH. (Citeureup, 3 Juli 2006)

poem 1

MANUSIAKU

Aku mengenalmu
Dari balik dinding maya
“Siapa kamu?”, kalimat pertamaku
Jawab yang seharusnya tidak perlu diungkap
Jawab yang akan datang bersama sang kala
Tapi kau menjawabnya
“Aku manusia. Tidak kurang, tidak lebih.”

Jawaban itu tak pernah salah
Sampai kini
Aku mengenalmu
Kau sangat manusia
Kau buat aku menjadi manusia
Rapuh, gelisah, hancur, binasa

Degup itu datang
Lebih dari cinta kurasa
Lebih dalam dari pertautan seorang ibu dan anaknya
Tak bisa kutolak dan tak mau kutolak
Indah, bagai udara di taman surgawi

Di gurun terpanas
Di laut terbuas
Kau beri aku nafas
Kau beri aku saraf
Manusiaku,
Kurasa, cinta sang dewa pun tak sebanding untukmu

TH. (Citeureup, 6 Juli 2006)